YouTube menyensor video yang berisi dokter mengatakan hydroxychloroquine bisa mengatasi Covid-19.Perusahaan mengatakan video tersebut berbahaya sebelum akhirnya mengembalikan video tesebut.
Melansir Just the News (20/5/2020), pada hari Rabu, YouTube mengembalikan sebuah video yang sebelumnya disensor. Video tersebut berisi beberapa dokter menyarankan obat hydroxychloroquine bisa mengobati virus Corona. Perusahaan tersebut tampaknya mengklaim pada saat penyensoran bahwa presentasi itu berbahaya.
Laporan video yang dipresentasikan oleh Sharyl Attkisson pada Full Measure News berisi manfaat hydroxychloroquine sebagai pengobatan Covid-19 dan keuntungan finansial. Beberapa pihak meremehkan obat tersebut dan mempromosikan perawatan terpisah yang disebut remdesivir.
Salah satu dokter yang diwawancari di video, William O’neill mengatakan pada Attkisson dan seorang kontributor Just the News, bahwa ada “beberapa nilai” pada hydroxychloroquine dan “itu harus diuji.”
Menurut laporan Attkisson, O’Neill, ahli kardiologi di Detroit meresepkan obat pada banyak pasien dan “melihat ada perbaikan kesehatan pada mereka.”
O’Neill bekerja di Henry Ford Health System, staf di sana bekerja dengan hydroxychloroquine dan remdesivir. Dokter tersebut mengatakan kampanye media melawan obat yang bermula kira-kira saat Trump pertama menyarankannya membuat pasien “takut menggunakan obat tanpa ada pertimbangan saintifik yang valid.”
“Kami telah bicara dengan kolega kami di Universitas Minnesota yang melakukan kajian serupa dan di Universitas Washington kami telah merawat 400 pasien dan belum melihat adanya pasien yang memburuk. Karena berita palsu dan sains palsu ini, upaya saintifik ini telah dirugikan karena orang sekarang khawatir sehingga mereka tidak ada yang mau mengikuti percobaan.”
Dokter lain seperti Dr. Jane Orient, dosen klinis University of Arizona College of Medicine yang menjabat sebagai direktur eksekutif the Association of American Physicians and Surgeons menganjurkan untuk “melihat pada uang” ketika berbicara mengenai dua obat tersebut.
“Tidak ada keuntungan besar dalam penjualan hydroxychloroquine,” ujar Orient. “Ini sangat murah, mudah dibuat, dan sudah ada selama 70 tahun. Ini obat generic. Remdesivir adalah obat baru yang bisa sangat mahal dan menguntungkan jika disetujui. Jadi, saya rasa kita bisa mempertimbangkan ada kepentingan finansial di sini.”
Sharyl Attkisson mengungkapkan pada Just the News tidak jelas kapan video dihapus. Awalnya video itu diunggah di YouTube sekitar dua hari lalu. Attkisson berkata, YouTube menghapus presentasinya dengan catatan mengklaim bahwa itu sangat berbahaya tanpa memberikan penjelasan apapun.
Dia mengatakan Full Measure News mengajukan banding mengenai penghapusan video setelah YouTube mengunggah ulang kemudian.
Attkisson mengutip laporan penting oleh Media Matters, yang dipublikasikan pada hari yang sama seperti laporannya, apa yang menjadi penyebab penghapusan video.
“Ini adalah upaya terorganisir,” ucapnya. Ia berargumen bahwa pihak yang bias secara politis ada upaya di belakang untuk menghapus atau menyensor informasi yang tidak lazim di media sosial.
Dia juga memperhatikan upaya terakhir yang dilakukan oleh Adam Schiff, ketua House Intelligence Committee, untuk menekan perusahaan media sosial untuk menyensor dan menyepelekan materi terkait virus Corona dan menekan pengguna agar condong terhadap informasi dari WHO.
“Saya tidak tahu mengapa kita membiarkan ini. Tidak ada seorang pun yang menunjuk Adam Schiff untuk menjadi polisi bagi konten kita di media sosial,” ucap Attkisson.
Full Measure News menghubungi Dr. Anthony Fauci yang bekerja di Gedung Putih dalam menangani virus Corona, perusahaan obat Gilead yang memproduksi remdesivir, dan banyak dokter yang mengkritisi atau skeptis dengan hydroxycholoroquine. Tak ada satu pun yang menanggapi permintaan wawancara. (Al-Hanaan)
Image by Gerd Altmann from Pixabay