Rambut Rontok Gejala Covid
Para ilmuwan sampai saat ini masih terus meneliti Covid-19, maka tak heran jika Covid-19 masih terus berkembang.
Saat ini, para ilmuan menduga bahwa kerontokan rambut menjadi salah satu efek jangka panjang yang umum pada pasien yang menderita Covid-19 parah sampai harus jalani rawat inap.
Dilansir dari IFL Science, Jumat (26/2/21) temuan yang dipublikasikan di The Lancet ini, juga menyebutkan bahwa wanita mungkin berisiko lebih besar menderita dampak jangka panjang Covid-19.
Baca Juga:
- Prancis Tegaskan Akan Terus Lawan Ekstremisme Islam
- Serukan Boikot Produk Prancis, Erdogan Ditantang Tutup Pabrik Renault
- Pernyataan Kontroversial Macron Soal Islam, Negara Arab Ramai-ramai Boikot Produk Prancis
Diketahui, penelitian sebelumnya menemukan, 1 dari 10 orang mengalami efek Covid-19 yang terus-menerus sampai tiga bulan setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Pada temuan terbaru juga mengatakan bahwa kelelahan, sesak napas, pusing, dan nyeri sendi merupakan gejala long Covid.
Studi menemukan bahwa beberapa dari gejala Covid-19 yang umum dilaporkan seperti kelelahan dan nyeri sendi dapat dianggap sebagai gejala utama long Covid.
Pasalnya, ditemuan terbaru menunjukkan bahwa gejala tersebut masih dilaporkan hingga enam bulan setelah pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dinyatakan sembuh.
Tak hanya itu, gejala long Covid lainnya yang sering muncul ialah masalah rambut rontok.
Studi tersebut meneliti sekitar 1.655 pasien yang telah dipulangkan dari Rumah Sakit Jin Yin-tan di Wuhan, China direntan waktu 7 Januari 2020 hingga 29 Mei 2020, setelah dirawat karena Covid-19.
Enam bulan kemudian, pasien diperiksa lagi dengan tes darah, tes latihan fisik seperti jalan kaki enam menit, dan kuesioner untuk menilai apakah mereka memiliki gejala jangka panjang setelah mengalami Covid-19.
Dari hasil penelitian menunjukkan, 63 persen pasien telah melaporkan kelelahan atau kelemahan otot, 27 persen melaporkan kesulitan tidur, dan 22 persen melaporkan mengalami kerontokan rambut selama enam bulan terakhir sejak terinfeksi Covid-19.
“Pada 6 bulan setelah infeksi akut, penyintas Covid-19 sebagian besar bermasalah dengan kelelahan atau kelemahan otot, kesulitan tidur, dan kecemasan atau depresi,” tulis peneliti.
Tak hanya itu, rambut rontok juga merupakan salah satu gejala tertinggi yang dilaporkan enam bulan kemudian setelah terinfeksi Covid-19.
menurut para peneliti, Gejala alopecia atau rambut rontok ini lebih banyak diderita wanita daripada pria.
Sebagai catatan, rambut rontok tidak biasa terjadi selama infeksi Covid-19. Kerontokan rambut dapat terjadi dalam waktu singkat setelah pulih dari flu biasa.
American Academy of Dermatology Association (AAD) menjelaskan, kerontokan rambut sementara adalah normal setelah Anda mengalami demam atau sakit.
Demam adalah gejala umum Covid-19. Beberapa bulan setelah mengalami demam tinggi atau pulih dari penyakit, banyak orang mengalami kerontokan rambut yang nyata.
AAD juga mengatakan, rambut rontok setelah infeksi dapat berlanjut enam hingga sembilan bulan dan hal ini dapat diperburuk oleh stres, yang mana stres lazim terjadi selama pandemi dengan semua tantangan kesehatan, sosial, dan ekonomi.
Tapi di sisi lain, rambut rontok bisa menjadi penyebab stres meningkat, yang selanjutnya dapat berdampak pada kesehatan. Sehingga, sangat penting mempelajari cara-cara untuk mengelola stres.
Menurut ahli, rambut rontok akan kembali normal dengan sendirinya dari waktu ke waktu.