ilustrasi migrasi
Layaknya angka kelahiran, angka perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain pun selalu bertambah setiap tahunnya.
Banyak data menafsirkan populasi Negara-negara di dunia dengan jumlah migran terbanyak.
Merujuk data dari United Nations Departemen Of Economic and Social Affairs, Amerika Serikat merupakan negara pemilik migran terbesar di dunia. Dengan angka peningkatan yang tinggi sebanyak 49% antara tahun 2000 dan 2017.
Para migran ini bisa berasal dari Mexico, Eropa hingga Asia dan banyak menghuni wilayah Amerika Serikat bagian Utara dan Selatan. Banyak faktor yang mendasari banyak orang bermigrasi ke Amerika Serikat, melihat Amerika Serikat merupakan Negara yang sangat maju.
Penduduk Indonesia pun banyak yang melakukan migrasi ke negara-negara lain atau yang biasa disebut migrasi Internasional.
Beberapa dari mereka memilih untuk ke luar negeri karena jumlah penduduk dan jumlah lapangan kerja yang tidak seimbang di Indonesia. Tak jarang juga mereka melakukan migrasi ke luar negeri karena alasan pendidikan dan menetap setelahnya.
Hal ini jelas bermanfaat untuk mengatasi jumlah pengangguran dan dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga hingga menambah devisa negara.
Ini terlihat dari negara-negara maju yang dipilih untuk melakukan migrasi dengan harapan hidup yang lebih baik. Sayangnya tak semua penduduk Indonesia mampu melakukan migrasi Internasional.
Ketidakmampuan ini tidak menyulutkan keinginan mereka untuk pindah dari satu tempat ke tempat lain. Pada akhirnya mereka akan hanya melakukan migrasi dengan cakupan antar Pulau di Indonesia saja. Proses ini terbukti telah terjadi lebih lama sejak tahun 1905.
Kebanyakan dari orang-orang Indonesia yang bermigrasi biasanya dari desa ke kota, luar Pulau Jawa ke Pulau Jawa atau sebaliknya, satu kota ke kota besar, atau tempat yang padat ke tempat yang jarang.
Kota-kota besar di Indonesia yang menjadi sasaran tempat migrasi menjadi salah satu faktor kepadatan penduduk di Perkotaan.
DKI Jakarta salah satunya, melansir dari sensus dan survei angkatan kerja nasional, DKI Jakarta pada tahun 1976 memiliki populasi kota sebanyak 18,64% dari total keseluruhan populasi di Indonesia sementara populasi migrasi antarprovinsi Indonesia tahun 1990 melonjak naik dengan angka 8,1% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.
Mereka yang bermigrasi dan menetap tidak banyak yang akan kembali ke daerah asalnya. Mereka biasanya akan menikah dan membuat keluarga baru.
Dari sini dapat dipastikan semakin lama tempat-tempat migrasi akan ditempati mayoritas oleh migran, atau orang-orang pendatang yang bukan asli dari daerah tersebut.
Terdapat beberapa hal menarik dari adanya arus migrasi, salah satunya adalah kebudayaan mudik di kalangan masyarakat.
Kelompok-kelompok migran akan secara otomatis kembali ke kampung halamannya di waktu-waktu tertentu, seperti lebaran hingga liburan tahun baru.
Maka banyak dari migran migran berlomba-lomba untuk memperoleh pencapaian yang baik di tempat baru sehingga dapat membantu sanak keluarganya di tempat asal, meskipun ketika bermigrasi mereka tidak dengan mudahnya mendapatkan pekerjaan.
Tak sedikit dari mereka yang akan membangun lapangan pekerjaan baru yang belum ada di tempat itu dan tentunya sesuai dengan keahlian mereka. Hal ini sudah lumrah terjadi dan nyata adanya terjadi .
Seperti halnya orang-orang Madura yang tersebar di bagian-bagian Indonesia. Migrasi telah menjadi bagian dari sejarah hidup orang-orang madura yang menjadikan bentuk perantauan sebagai kebudayaannya.
Banyak faktor yang mendorong masyarakat Madura untuk keluar dari zonanya ditambah faktor penarik dari wilayah-wilayah yang dijadikan tujuan migrasi.
Kemiskinan, kurangnya lapangan pekerjaan, hingga keinginan untuk mendapatkan kesempatan hidup yang baru adalah faktor pendorong migrasi orang-orang Madura.
Mengacu pada sumber-sumber terdahulu dimana masyarakat Madura bermigrasi ke Jawa Timur ketika abad ke-13.
Dimana ketika tahun 1845 hingga 1880 terjadi kesewenang-wenangan disana membuat orang-orangnya harus keluar dari lingkaran kemiskinan dan penindasan ditambah disekitar tahun itu Jawa Timur mulai menarik pekerja-pekerja dari Madura.
Ketika membahas tentang migrasi yang dilakukan orang-orang Madura, tentu yang terlintas adalah Jawa Timur.
Erat kaitannya antara Jawa Timur dan Madura karena kebanyakan dari mereka memilih Jawa Timur sebagai tujuan perantauannya.
Baca Juga:
- Tanda Wabah Bagi Masyarakat Jawa: Munculnya Lintang Kemukus Pembawa Kabar
- Negeri Surga Rempah-Rempah, Ini Sederet Rempah Indonesia yang Jadi Buruan Dunia
- Prometheus yang Hijrah ke Jawa Pada Abad Ke-19
Menurut Kuntowijoyo dalam bukunya Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris:Madura 1850-1940 diketahui pada tahun 1806, di pojok timur kerisedenan Jawa telah terbentuk desa-desa orang Madura.
Sejak zaman kolonial Belanda Jawa Timur telah menjadi pusat gula ekonomi dan menjadi sumber uang yang melimpah.
Maka dari itu, banyak orang Madura yang pergi ke Jawa Timur untuk menyandang pekerjaan.
Madura dikenal dengan ketidaksuburan tanahnya serta lapangan kerja yang tidak bisa menyeimbangi populasi penduduknya sementara Jawa Timur banyak memiliki fasilitas fasilitas yang dibutuhkan orang-orang Madura.
Itu menjadi tujuan utama yang membuat masyarakat Madura berbondong-bondong untuk bermobilisasi ke Jawa Timur.
Menurut Kuntowijoyo, migrasi permanen maupun temporal yang dilakukan masyarakat Madura, sangat berdampak pada populasi penduduk di Madura itu sendiri. Ketika musim kemarau datang orang-orang Madura akan meninggalkan tempatnya dan pergi ke Jawa Timur dan akan kembali pada waktu yang ditentukan, seperti saat panen atau libur hari raya.
Ditambah lagi dengan mudahnya transportasi yang menunjang perjalanan mereka serta harga yang relatif murah memudahkan mereka untuk bisa datang dan pergi kapan saja.
Perkembangan sarana transportasi yang terus berkembang seiring perjalanan migrasi orang-orang Madura menjadi faktor pendukung untuk bermigrasi.
Faktor ini dapat terlihat dari lamanya jalinan hubungan antara pelabuhan-pelabuhan di Madura dan Kota-Kota di pantai Utara Jawa Timur yang antara lain Pamerkasa, Sampang, Kamal, dan Sumenep dan pelabuhan-pelabuhan di Jawa Timur seperti Gresik, Pasuruan, hingga Surabaya.
Pelabuhan merupakan aset berharga bagi masyarakat Madura. Karena sejak dulu pelabuhan menjadi tempat transit antara kampung halaman dan tempat migrasi mereka. Tidak hanya di Pelabuhannya saja, tetapi daerah sekitar Pelabuhan juga menjadi tempat bagi orang Madura untuk mendapatkan penghasilan.
Sebelum tahun 1930, pola migrasi masyarakat masih bersifat temporer. Baru pada tahun itu mulai terdapat migrasi permanen dan permukiman-permukiman orang Madura yang tinggal di Jawa.
Sebab pada tahun 1928, pemerintah Belanda membuka perkebunan teh di Pasuruhan yang menjadi daya tarik masyarakat Madura untuk menjadi buruh perkebunan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Jawa Timur kerap menjadi tujuan yang paling sering didatangi orang-orang Madura meskipun tak menutup kanyataan penyebaran orang-orang Madura diseluruh tanah air.
Alasan utama jelas terlihat pada kedekatan jarak antara Madura dan Jawa Timur dibandingkan dengan wilayah lainnya. Wilayah-wilayah di Jawa Timur bisa dikatakan hampir semuanya terdapat orang-orang Madura, Surabaya adalah satu dari sekian contoh nyatanya.
Kota metropolitan dengan sederet sarana dan prasarananya menarik hati para migran Madura untuk beradu nasib di Kota dengan beragam budayanya tersebut.
Surabaya pada dasarnya merupakan kota inti yang dilengkapi dengan beragam fasilitas, jaringan infrastruktur yang lebih maju dibanding daerah lain disekitarnya, seperti adanya Pelabuhan besar Tanjung Perak yang menjadi pelabuhan tersebar kedua setelah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta.
Sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, perindustrian serta pendidikan membuat orang-orang Madura tak segan menjadikan Surabaya sebagai tempat keduanya. Membuat populasi kota Surabaya menjadi padat penduduk.
Guna menunjang kebutuhan yang semakin banyak, kepadatan penduduk di Surabaya makin tidak bisa mengimbangi lapangan kerja yang tersedia.
Maka itu, para migran dari luar Surabaya, termasuk Madura, membuka lapangan pekerjaannya sendiri dengan kemampuan yang mereka miliki.