Ilustrasi Metaverse
Saat ini metaverse menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan. Bahkan telah banyak perusahaan-perusahaan besar yang telah terjun ke dunia virtual tersebut.
Banyak orang bertanya-tanya apakah ada implikasi keamanan siber dan privasi dengan semua kompleksitas terkait teknologi baru ini. Akan tetapi dengan perspektif yang sama kita dapat memandangnya.
Kemungkinan pengguna masih memiliki isu pengambil alihan akun yang dapat menyebabkan penipuan dan juga pencurian identitas. Seperti penjahat siber masih dengan cara yang sama memperoleh akses ke korespondensi pribadi atau perusahaan anda.
Hal itu terjadi jika mereka meretas akun email Anda melalui phishing, malware, atau isian kredensial. Terlebih mereka juga bisa mendapatkan akses ke data pribadi yang disimpan di platform Metaverse yang telah dipilih.
Baca Juga:
- Meta Buat Uang Virtual di Metaverse, Seperti Apa?
- Mark Zuckerberg Jadi Pemimpin Dunia Metaverse?
- Dampak Metaverse ke Perekonomian Indonesia
Itu masih berarti bahwa manusia adalah mata rantai terlemah dalam hal keamanan siber dari perspektif perusahaan. Diketahui interoperabilitas merupakan salah satu janji metaverse.
Mengutip dari laman medcom.id, misalnya seperti rumah yang Anda beli di Decentraland dan sepasang sepatu kets virtual mewah dari OpenSea akan dapat diakses di semua platform, termasuk yang Anda gunakan untuk pergi bekerja di kantor virtual Anda.
Terhadap kebutuhan lebih besar dalam melindungi akun Anda, hal itu membuat satu titik celah dan memberi tekanan yang lebih. Kemudian interoperabilitas ini yang dapat didasarkan pada blockchain, seperti Ethereum juga menjadi masalah lain.
Karena blockchain saat ini menurut definisi, tidak memiliki otoritas pusat itu menempatkan lebih banyak tanggung jawab pada pengguna akhir untuk menjaga identitas dan properti digital mereka tetap aman.
“Tentu saja, Metaverse masih jauh dari kenyataan yang solid, tetapi ketika itu menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, tidak semua merek dapat tumbuh di pasar yang kompetitif ini. Seperti orang yang mengendalikannya, avatar akan memiliki waktu, kesempatan, dan energi yang terbatas untuk berinteraksi dengan perusahaan.” ucap Sandra Lee Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.