Haerul Saleh dan Isma Yatun
Komisi XI DPR menetapkan Haerul Saleh dan Isma Yatun sebagai anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Periode 2022-2027 terpilih. Adapun hal tersebut diputuskan setelah Komisi XI melakukan rapat internal usai menggelar fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatutan calon anggota BPK RI selama Kamis (17/3/2022) dan Jumat (18/3/2022).
“Suara terbanyak ada pada Isma Yatun dan Haerul Saleh. Apakah dapat disetujui?,” kata Ketua Komisi XI DPR Dito Ganinduto dalam rapat, Jumat.
“Setuju,” jawab seluruh anggota Komisi XI.
Baca Juga:
- Khawatir Keselamatan Keluarga di Kiev, Shevchenko Kirim Pesan Menyentuh untuk Ukraina
- Kota Kherson di Ukraina Kini Jatuh ke Tangan Rusia
- Dalam 24 Jam, Serangan Rusia di Kota Kharkiv Tewaskan 21 Orang Ukraina
Keduanya terpilih usai mendapatkan perolehan suara ternanyak. Haerul Saleh mendapatkan 37 suara. Adapun, Isma Yatun memperoleh 46 suara. Total suara dari Komisi XI untuk keduanya adalah 112 suara.
Di sisi lain, Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Amir Uskara, menilai keduanya berhak menjadi anggota BPK RI periode 2022-2027 karena telah melakukan kerja dengan baik selama ini.
“Isma Yatun sebagai incumbent di BPK selama ini dinilai punya kinerja yang cukup bagus dan itu kita lihat dalam proses fit and proper test yang dilakukan Komisi XI selama dua hari ini,” tegas dia.
“Pak Haerul Saleh yang merupakan Anggota Komisi XI ada periode kemarin, dan periode ini juga ada di Komisi XI. Sehingga teman-teman juga bisa melihat kinerja dan kompetisi yang dimiliki oleh Haerul Saleh,” sambung dia.
Haerul Saleh lahir di Kabupaten Kolaka, Provinso Sulawesi Tenggara (Sultra). Dia menjabat sebagai anggota Komisi XI DPR RI asal Daerah Pemilihan Sulawesi Tenggara atau Dapil Sultra.
Haerul Saleh terpilih menjadi anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) periode 2022-2027.
Sementara itu, Isma Yatun mengawali karir di bidang perbankan, mantan Sub Branch Manager PT Bank Danamon Indonesia, Cilacap, ini kemudian memutuskan untuk bergabung dengan partai politik pada awal tahun 2000-an. Mewakili para perempuan yang ada di Indonesia, Isma berhasil memperoleh 35.016 suara dan duduk di bangku parlemen pada tahun 2004.
Menjabat sebagai wakil rakyat, perempuan kelahiran Palembang, 12 Oktober 1965 ini bergabung dengan komisi VII yang membawahi bidang energi sumber daya mineral, riset, teknologi, dan lingkungan hidup.
Belakangan, merunut pada pemberitaan yang dilontarkan pemerintah mengenai kebijakan kenaikan harga BBM yang dijadwalkan pada April 2012, Isma yang merupakan kader dari PDI-P sudah barang tentu menolak kebijakan yang dianggap bijak oleh pemerintah tersebut layaknya kader PDI-P kebanyakan. Ia bahkan tergolong salah satu orang yang lebih memilih walk out pada sidang paripurna tentang kenaikan BBM akhir Maret lalu.