Ali Akbar Mohtashamipour
Kabar duka melanda Iran. Ulama Syiah Iran yang juga pendiri kelompok militan Hizbullah Libanon, Ali Akbar Mohtashmipour, meninggal dunia pada usia 74 tahun akibat Covid-19.
Menurut laporan dari Kantor Berita Iran, IRNA, Mohtashmipour meninggal dunia di rumah sakit di Teheran Utara. Semasa hidupnya, dia juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Iran untuk Suriah.
Ucapan duka cita pun mengalir dari berbagai pihak, di antaranya dari Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Dia memuji Mohtashmipour atas jasa-jasanya.
Baca Juga:
- Saat Buka Puasa, Sebaiknya Tak Konsumsi 5 Makanan Ini Secara Berlebihan
- Hindari 5 Kebiasaan Tak Sehat Ini Saat Berbuka Puasa
- Catat! Ini 5 Cara Makan untuk Hindari Asam Lambung Saat Puasa
Di sisi lain, Presiden Hassan Rouhani mengatakan, “Ulama ini mengabdikan hidupnya untuk mempromosikan gerakan Islam dan realisasi cita-cita revolusi.”
Ketua Hakim Iran, Ebrahim Raisi, juga menyampaikan ucapan belasungkawa kepada keluarga Mohtashamipour.
“Almarhum adalah salah satu pejuang suci dalam perjalanan menuju pembebasan Yerusalem dan salah satu pelopor dalam perang melawan rezim Zionis yang merebut [Palestina],” kata Raisi.
Mohtashamipour lahir di Teheran, Iran, pada tahun 1947. Dia bertemu Khomeini sebagai ulama di pengasingan di Najaf setelah diusir dari Iran oleh Shah Mohammad Reza Pahlavi. Pada 1970-an, dia melintasi Timur Tengah berbicara kepada kelompok-kelompok militan pada saat itu, membantu membentuk aliansi antara Republik Islam Iran masa depan dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) saat memerangi Israel.
Setelah ditangkap oleh Irak, Mohtashamipour menemukan jalannya ke kediaman Khomeini di pengasingan di luar Paris. Mereka kembali dengan penuh kemenangan ke Iran di tengah Revolusi Islam 1979.
Pada tahun 1982, Khomeini mengerahkan Mohtashamipour ke Suriah, yang saat itu berada di bawah pemerintahan diktator Hafez Assad.
Saat berperan sebagai diplomat, Mohtashamipour mengawasi dana yang mengalir untuk membiayai operasi IRGC di wilayah tersebut.
Dia juga pernah menjadi jadi target serangan bom buku yang dilaporkan didalangi Israel dan masih selamat meski kehilangan tangan kanannya.
Setelah Revolusi Islam Iran, dia membantu mendirikan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. Ketika menjadi duta besar untuk Suriah, dia dia membawa pasukan IRGC untuk membantu membentuk Hizbullah Libanon.