Gunung Semeru
Gunung Semeru, yang berlokasi di Provinsi Jawa Timur, mengalami erupsi dan mengeluarkan awan panas pada Sabtu (4/12/2021) sore WIB. Hal itu membuat petugas gabungan segera mengevakuasi warga.
Hari ini, Senin (6/12/2021), sekitar pukul 08.30 WIB, kembali terdengar gemuruh kencang dari Gunung Semeru. Petugas gabungan yang berjaga terpaksa mengevakuasi warga Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh.
Petugas gabungan juga menjemput warga yang nekat kembali ke rumah mereka. Saat gemuruh kencang terdengar, debit air turun deras dari Gunung Semeru. Alhasi, status berubah menjadi zona merah dan petugas meminta warga menjauh.
Baca Juga:
- Kerugian Lebih dari Rp2 Miliar, Perempuan Ditangkap atas Dugaan Arisan Online Palsu
- Video Nyanyi Tanpa Masker di Acara Nikahan Viral, Bupati Jember Minta Maaf
- Satlantas Polres Dairi Amankan 5 Motor Bising
Petugas langsung menggendong warga yang sudah tua dan anak-anak. Sebagian lagi membawa mereka dengan menggunakan sepeda motor. Bahkan petugas dengan tergopoh-gopoh menggendong beberapa kambing, karena warga memaksa menuntun hewan ternaknya yang selamat.
Ya, ini bukan kali pertama Gunung Semeru meletus. Gunung ini pertama kali meletus pada 1818. Namun, catatan mengenai letusan dari tahun 1818 hingga 1913 tak banyak terdokumentasikan.
Baru tahun 1941, catatan mengenai letusan Gunung Semeru ada. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan.
Selanjutnya beberapa aktivitas vulkanik tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950, 1951, 1952, 1953, 1954, 1955 – 1957, 1958, 1959, 1960. Tak berhenti sampai di sini, Gunung Semeru termasuk salah satu gunung api aktif yang melanjutkan aktivitas vulkaniknya. Seperti pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta m3. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978 – 1989.
PVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada tahun 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15 Mei hingga 22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.
Menurut data PVMBG, aktivitas Gunung Semeru berada di kawah Jonggring Seloko. Kawah ini berada di sisi tenggara puncak Mahameru. Sedangkan karakter letusannya, Gunung Semeru ini bertipe vulkanian dan strombolian yang terjadi 3 – 4 kali setiap jam. Karakter letusan vulcanian berupa letusan eksplosif yang dapat menghancurkan kubah dan lidah lava yang telah terbentuk sebelumnya. Sementara, karakter letusan strombolian biasanya terjadi pembentukan kawan dan lidah lava baru.
Keindahan Gunung Semeru
Gunung Semeru
Orang-orang di Pulau Jawa menyebut Gunung Semeru tempat bersemayam para dewa. Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa yang dalam kosmologi Hindu diartikan sebagai pusat jagat raya.
Gunung ini memang mewakili sebuah wujud kebesaran, karena memiliki ketinggian yang mencapai 3.676 m. Kedigdayaan Semeru tidak hanya tercatat dalam naskah Belanda, tetapi juga sudah terekam dalam naskah kuno Tantu Panggelaran dari abad 15.
Dalam naskah itu, diceritakan Semeru merupakan gunung yang berasal dari India. Kala itu Pulau Jawa masih terombang-ambing oleh Samudra dan kedudukannya masih belum mantap di dunia ini.
Kemudian para dewa dan raksasa beramai-ramai mengangkat gunung itu. Dewa Wisnu menjelma menjadi kura-kura yang besar bukan main, lalu menggendong Mahameru.
Dewa Brahma mengubah dirinya menjadi ular yang panjang sekali, lalu melilit gunung itu agar bisa ditarik. Para dewa dan raksasa bergotong royong menyeretnya ke Tanah Jawa.
Pada proses pemindahan ini, para dewa kesulitan memilih tempat untuk menancapkan Mahameru, bila ditaruh di Jawa bagian barat, ternyata membuat bagian timur Pulau Jawa menjungkit ke atas.
Akhirnya mereka memindahkan lagi ke arah Timur, sehingga mantaplah kedudukannya di Pulau Jawa sekarang. Dalam pemindahan ini, banyak bagian dari Semeru yang tercecer dan membentuk gunung-gunung di Pulau Jawa.
Tetapi masalah belum selesai, Mahameru miring ke arah utara, sehingga diputuskanlah untuk memotong ujung gunung itu, setelahnya dipindahkan ke barat laut dengan nama Gunung Pawitra.
“Mahameru itu adalah Gunung Semeru sedangkan Pawitra sekarang dikenal sebagai Gunung Pananggungan,” jelas Edwin.
Gunung Semeru
Dalam naskah Tantu Panggelaran juga diceritakan Gunung Semeru merupakan pertapaan Dewa Syiwa. Untuk memperindah pertapaannya, diceritakan lagi bahwa Dewa Syiwa telah membuat tempat pemandian yang konon itu adalah Ranu Kumbolo.
Kisah ini diperkuat dengan penemuan beberapa situs purbakala di Gunung Semeru. Prasasti itu terdapat di Ranu Kumbolo dan Arcapada.
Misalnya pada prasasti di Ranu Kumbolo yang diperkirakan telah ada sejak awal abad 12. Diceritakan sebuah kunjungan dari Kameswara, raja yang berasal dari
kerajaan Kediri.
Raja itu meninggalkan kerajaan untuk berziarah ke pemandian suci dan diduga dirinya datang ke Gunung Semeru untuk melakukan pertapaan.
Gunung Semeru memiliki dua jalur pendakian yaitu jalur Ranu Pane yang dapat diakses melalui kota Malang dan jalur kedua yaitu Jalur Senduro, dapat diakses melalui Lumajang. Dari kedua jalur ini, jalur Ranu Pane lah yang paling umum digunakan oleh para pendaki.
Untuk menggapai puncak Gunung Semeru waktu paling cepat yang diperlukan yaitu 2 hari 1 malam atau agar lebih santai bisa 3 hari 2 malam dengan mendaki lewat jalur kota Malang atau Lumajang. Perjalanan dapat dimulai dari terminal kota Malang menuju Desa Tumpang, kemudian naik jeep menuju Pos Ranu Pani di mana para peserta trekking diharuskan mengurus terlebih dahulu surat ijin pendakian di Desa Gubuk Klakah.
Setelah berjalan sekitar 3 jam dari pos Ranu Pani, kita akan menemui sebuah pemandangan alam dari surga cantik tersembunyi yaitu Ranu Kumbolo. Ranu Kumbolo merupakan sebuah danau seluas 14 hektar yang terletak pada ketinggian 2.400 mdpl. Danau dengan air yang sangat jernih ini dijadikan sebagai pos bagi para pendaki sebelum mereka meneruskan perjalanan menuju puncak Mahameru. Pendaki dapat menikmati keindahan pesona alam yang damai di Ranu Kumbolo serta menikmati sunrise di pagi harinya.
Dari Ranu Kumbolo, para pendaki masih harus melewati beberapa daerah diantaranya Padang Oro-Oro Ombo, Cemoro Kandang, pos Kalimati, dan pos terakhir sebelum menuju Mahameru, yaitu Arcopodo.
Meskipun mendaki Semeru bagi beberapa orang terdengar menyeramkan karena medan yang cukup sulit dan menantang, namun keindahan Gunung Semeru memiliki banyak keistimewaan yang tidak dapat dipungkiri. Penikmat alam dan pendaki mana yang tak ingin kesana? Menikmati indahnya Ranu Kumbolo dan sensasi menggapai atap tertinggi di Pulau Jawa tentunya akan memberi kesan dan pengalaman yang luar biasa.