Elon Musk
Elon Musk membatalkan kesepakatan rencana pembelian Twitter senilai USD 44 miliar pada Jumat (8/7/2022), waktu Amerika Serikat (AS).
Dilansir Reuters, bos Tesla itu menilai perusahaan media sosial tersebut gagal memberikan informasi tentang akun palsu di platformnya.
Imbas keputusan Musk itu, saham Twitter turun 6 persen dalam perdagangan yang diperpanjang pada hari yang sama.
Baca Juga:
- Diperiksa Kasus ‘Stupa Jokowi’, Roy Suryo Penuhi Panggilan Polda Metro
- Ibu Iriana, Ibu Negara Pertama yang Kunjungi Ukraina
- Pesan Menyentuh Sri Mulyani Kepada PNS yang Dapat Gaji ke-13 1 Juni 2022
Ketua Dewan Twitter Bret Taylor mengatakan akan membawa Elon Musk ke pengadilan setelah menyatakan membatalkan kesepakatan pembelian Twitter senilai USD44 miliar (sekitar Rp659 triliun).
Berdasarkan ketentuan perjanjian, Elon Musk harus membayar USD1 miliar (Rp14,9 triliun) kepada Twitter atas pembatalan pembelian ini. “Dewan Twitter berkomitmen untuk menutup transaksi pada harga dan persyaratan yang disepakati dengan Mr.
Musk dan berencana untuk mengambil tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger. Kami yakin kami akan menang di Pengadilan Negeri Delaware,” kata Bret Taylor.
Ada beberapa hal yang menyebabkan Elon Musk batal membeli Twitter.
Informasi palsu soal akun bot
“Tn. Musk mengakhiri Perjanjian Penggabungan karena Twitter melakukan pelanggaran material terhadap beberapa ketentuan Perjanjian itu, dan tampaknya membuat pernyataan palsu dan menyesatkan yang diandalkan oleh Musk saat memasuki Perjanjian Penggabungan, dan kemungkinan akan mengalami Efek Merugikan Material Perusahaan,” tulis pengacara Musk dalam sebuah surat kepada Chief Legal Officer Twitter, Vijaya Gadde, dikutip dari Techcrunch, Sabtu (9/7).
Musk menuding Twitter menyesatkan investor dan pengguna tentang jumlah akun palsu di platformnya, yang telah lama diperkirakan perusahaan di bawah 5 persen.
“Twitter telah berulang kali membuat pernyataan dalam pengajuan tersebut mengenai bagian mDAU (monetizable daily active users/pengguna aktif harian yang dapat dimonetisasi)-nya yang palsu atau spam,” lanjut pernyataan tim hukum itu.
Tak dapat akses ke pusat data
Pihak Musk juga mengklaim bahwa Twitter tidak memberinya akses yang cukup ke pusat data untuk melakukan analisisnya sendiri. Padahal, Twitter sudah memberinya akses ke ‘firehose’, pusat data mentah media sosial itu.
Hal itu terutama dilakukan setelah Musk bertemu dan melakukan sesi tanya jawab dengan jajaran karyawan Twitter, belum lama ini
Data pengguna tak murni
Surat itu juga menyatakan bahwa Twitter memberi tahu Musk dalam panggilan telepon yang tidak dilaporkan bahwa perusahaan memasukkan akun yang ditangguhkan dalam nomor pengguna aktif hariannya yang dapat dimonetisasi (mDAU).
“Pengakuan Twitter bahwa mereka berhenti menghitung pengguna palsu atau spam di mDAU-nya ketika menentukan bahwa pengguna tersebut palsu tampaknya adalah hal yang salah.”
“Sebaliknya, kami memahami, berdasarkan representasi Twitter selama panggilan telepon 30 Juni 2022 dengan kami, bahwa Twitter menyertakan akun yang telah ditangguhkan – dan dengan demikian diketahui palsu atau spam,” lanjut pernyataan itu.