Zealandia
Setelah 375 tahun, benua kedelapan di dunia akhirnya ditemukan pada tahun 2017. Sekelompok ahli geologi membuat laporan mengejutkan setelah mereka menyatakan bahwa mereka telah menemukan benua ke-8, Zealandia – Te Riu-a-Maui dalam bahasa Maori.
Ini adalah benua yang luas 4,9 juta km persegi, atau hampir 3 kali ukuran Greenland, pulau terbesar di dunia. Zealandia merupakan masa kerak bumi yang hampir tenggelam setelah memisahkan diri dari daratan Australia dan Antartika di Kutub Selatan sekitar 60-130 juta tahun yang lalu.
Nama dan konsep untuk Zealandia pertama kali disampaikan oleh Bruce Luyendyk pada tahun 1995, meskipun penelitian lebih lanjut untuk membuktikan Zealandia sebagai benua baru terungkap pada 2017.
Baca Juga:
- Khawatir Keselamatan Keluarga di Kiev, Shevchenko Kirim Pesan Menyentuh untuk Ukraina
- Kota Kherson di Ukraina Kini Jatuh ke Tangan Rusia
- Dalam 24 Jam, Serangan Rusia di Kota Kharkiv Tewaskan 21 Orang Ukraina
Para ilmuwan yang dipimpin Nick Mortimer dari GNS Science, sebuah badan riset yang berbasis Lower Hutt, Selandia Baru, secara resmi menetapkan benua Zealandia di peta dunia pada 2017.
Selama beberapa dekade, mereka melakukan penelitian untuk membuktikan Zealandia seperti benua lain yang memiliki ciri khas berukuran besar, relatif tinggi, memiliki kerak yang tebal, dan berisi batu granit atau greywacke.
Dengan menggunakan metode pemetaan yang detail, maka akan terlihat jelas bentuk dasar lautnya. Pemetaan ini memberikan informasi berharga tentang proses tektonik Selandia Baru sekaligus melacak asal mula terbentuknya Zealandia.
Andy Tulloch, ahli geologi di Crown Research Institute GNS Science yang merupakan bagian dari tim yang menemukan Zealandia, mengatakan, “Ini adalah contoh bagaimana sesuatu yang sangat jelas dapat memakan waktu lama untuk terungkap.”
Tapi ini baru permulaan. Hampir lima tahun berlalu dan benua Zealandia masih tetap penuh teka-teki, karena daratan purbanya kini tersimpan jauh di bawah air laut.
Zealandia sendiri awalnya merupakan bagian dari benua raksasa kuno Gondwana, yang terbentuk sekitar 550 juta tahun yang lalu yang pada dasarnya menyatukan semua daratan di belahan bumi selatan.
Zealandia menempati sudut di sisi timur, berbatasan dengan beberapa kawasan lain, termasuk setengah dari Antartika Barat dan seluruh Australia timur.
Benua Gondwana sendiri meliputi apa yang sekarang disebut Amerika Selatan, Afrika, Antartika, Australia, Zealandia, Jazirah Arab, dan anak benua India.
“Kemudian sekitar 105 juta tahun yang lalu, karena proses yang belum sepenuhnya kita pahami, Zealandia seolah ditarik dan terlepas,” kata Tulloch.
Kerak benua biasanya memiliki kedalaman sekitar 40 km–secara signifikan lebih tebal dari kerak samudera, yang biasanya sekitar 10 km. Karena tekanan yang kuat, Zealandia akhirnya teregang sedemikian rupa sehingga keraknya sekarang hanya sedalam 20 km ke bawah.
Akhirnya, benua yang sangat tipis itu tenggelam dan menghilang di bawah laut. Tentang hal ini, para ilmuwan juga dibuat bertanya-tanya, salah satunya adalah bagaimana Zealandia tetap menyatu meski keraknya begitu tipis dan tidak hancur menjadi mikro benua kecil-kecil.
Misteri lainnya adalah kapan Zealandia tenggelam. Bagian-bagian yang saat ini berada di atas permukaan laut merupakan pegunungan yang terbentuk karena lempeng tektonik Pasifik dan Australia yang saling bergesekan.
Tulloch mengatakan, ada pendapat yang terpecah tentang apakah pulau itu selalu terendam terpisah dari beberapa pulau kecil, atau pernah menjadi daratan sepenuhnya. Ini juga menimbulkan pertanyaan tentang saja apa yang pernah tinggal di sana.
Dengan iklimnya yang sejuk dan jangkauan 60 juta km persegi, Gondwana sendiri adalah rumah bagi beragam flora dan fauna, termasuk hewan darat berkaki empat pertama dan kemudian, berlimpahnya hewan-hewan besar–seperti titanosaurus.