Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Anhar Riza Antariksawan mengatakan tugas BATAN adalah melakukan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan di bidang ketenaganukliran.
Untuk bisa memanfaatkan energi nuklir tak bisa lepas dari penguasaan teknologi bahan bakarnya. Ini termasuk menyiapkan bahan bakar nuklir untuk kepentingan non komersial.
Baca Juga: Alkes Impor Bisa Miliaran, Kemenristek: Pemerintah Siap Fasilitasi Penemuan Obat Covid-19
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, energi nuklir tergolong energi baru dan terbarukan (EBT). Pemerintah menetapkan 23 persen EBT dalam bauran energi pada 2025 dan 31 persen pada 2050. Saat ini, porsi EBT baru mencapai 9,15 persen.
“Peran EBT semakin sangat penting bahkan dominan. Nuklir bagian dari EBT, maka nuklir dapat bersinergi dengan EBT yang lain,” ujar Anhar dalam Webinar bertajuk ‘Domestifikasi Bahan Bakar Nuklir Menuju Kemandirian Energi Nasional’ di YouTube LIVE, Rabu (5/8/2020).
Anhar mengatakan bahan bakar nuklir harus disiapkan dengan baik, termasuk domestifikasi bahan bakar.
“Saat ini Indonesia sudah mandiri, BUMN yang bergerak di bidang ketenaganukliran, PT. Industri Nuklir Indonesia (INUKI), sudah bisa membuat fabrikasi bahan bakar reaktor nuklir G.A Siwabessy di Serpong (Tangerang Selatan),” jelas Anhar.
Baca Juga: Gross Split atau Cost Recovery, Investor Migas Bebas Pilih Bentuk Kontrak
Deputi Teknologi Energi Nuklir, Suryantoro mengungkapkan Indonesia mempunyai potensi uranium sebesar 45 ribu ton dan torium sebesar 7 ribu ton di Kalimantan.
Di Bangka Belitung, potensi uranium mencapai 31 ribu ton dan torium 126 sebesar 126 ribu ton. Sedangkan di Sulawesi, potensi uranium dan torium masing-masing sebesar 3 ribu ton.
Pada rencana strategis 2020 – 2045, BATAN melalui PTBBN akan melakukan penelitian dan pengembangan fabrikasi dan uji pascaradiasi bahan bakar reaktor daya dan reaktor riset serta menjamin mutu bahan bakar nuklir.
Ia mengatakan tahap pengembangan teknologi bahan bakar nuklir untuk reaktor daya, mulai dari penelitian dan pengembangan, desain, teknologi fabrikasi, iradiasi, uji pascaradiasi, dan prototipe bahan bakar reaktor daya.
“Setelah bahan bakar terfabrikasi, harus diiradiasi di dalam reaktor, kemudian disana dia (bahan bakar) akan terjadi reaksi fisi, mirip persis yang ada di PLTN, setelah itu dikeluarkan dari reaktor. Setelah itu diuji pascairadiasi untuk uji rusak dan uji tak rusak, jadi akan dilihat karakternya, keunggulan dan kelemahan, dilakukan perbaikan-perbaikan. Kalau sudah optimal, baru ke tahap prototipe bahan bakar reaktor daya,” terang Suryantoro.
Baca Juga:Kementrian ESDM: Energi Solar Photovoltaic (PV) dan Angin Bakal Dominasi EBT
Tahun 2020 akan dilakukan data riset proses, fabrikasi, dan uji pascaradiasi.
Tahun 2021, akan dilakukan desain konseptual (conceptual design) bahan bakar reaktor generasi III atau generasi III +.
Pada 2022 – 2024, akan dilakukan basic atau detail design spesifikasi bahan bakar, optimasi proses fabrikasi dan uji pascairadiasi. Kemudian dilakukan prototipe bahan bakar reaktor daya meliputi fabrikasi dan dokumen uji lengkap.
Bahan bakar nuklir karya anak bangsa diantaranya bahan bakar U3Si2/Al densitas 2,96 gU/cm3, yang telah di gunakan di reaktor nuklir G.A Siwabessy sejak tahun 1997 hingga sekarang.
Juga, bahan bakar U3Si2/Al densitas tinggi (4,8 gU/cm3) yang saat ini dalam proses post irradiation examination di hot cell Instalasi Radiometalurgi.
Baca Juga: Masuki Resesi Teknikal, PDB Indonesia Q2 2020 Tumbuh -5,32%
Saat ini, BATAN juga mengembangkan batang kendali untuk reaktor nuklir G.A Siwabessy dan reaktor nuklir TRIGA di Bandung, dan produksi serbuk UO2 berderajat nuklir.
“Saya ingin tekankan disini, bahwa Indonesia siap mandiri energi nuklir melalui bahan bakar nuklir produk anak bangsa,” kata Suryantoro.
Direktur Utama PT. Indonesia Power, M. Ahsin Sidqi, mengatakan, PT. Indonesia Power (IP) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) sudah menyiapkan pegawai dengan latar belakang dan kompetensi PLTN sejak tahun 1993.
Baca Juga: Tidak Sembuhkan Covid-19! Kemenkes: Jamu Hanya Ringankan Gejala Komorbid
Demi terwujudnya PLTN di Indonesia, ia mendorong domestifikasi bahan bakar nuklir.
“Tim PLTN di PT.IP dan PLN siap jika Pemerintah go nuclear,” kata Ahsin dengan penuh keyakinan.
Deputi Bidang Perizinan dan Inspeksi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Khoirul Huda mengungkapkan ada 440 PLTN yang menyumbang 10 persen listrik dunia.
Ke depannya, pembangunan PLTN melibatkan beberapa lembaga karena pembangunan PLTN mencakup aspek keselamatan nuklir, keselamatan lingkungan, pembangkitan listrik, dan sebagainya.
Baca Juga: Doni Imbau Pemda Jabar Mainkan Gas dan Rem Untuk Tangani Covid-19 dan Ekonomi
“Karena itu, BAPETEN mengawasi terkait nuclear island, sedangkan yang non nuclear island-nya melibatkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Ketenagakerjaan, dan Pemerintah Daerah setempat. BAPETEN siap mengawal dan mengawasi PLTN,” pungkas Huda. (Al-Hanaan)
Foto: BATAN