Gua Pindul
Sebelum dibuka sebagai tempat wisata, Goa Pindul dulunya hanya sebuah tempat tak terawat yang dijadikan tempat untuk mandi, mencuci pakaian dan tempat memancing oleh warga sekitar.
Goa Pindul juga menjadi sarang kelelawar sehingga terkesan angker sebelum akhirnya para warga dengan sejumlah mahasiswa yang sedang melaksanakan pengabdian ke masyarakat desa Beji untuk membersihkan kawasan tersebut. Dibalik itu semua, ada juga kisah legenda yang populer dikalangan warga sekitar mengenai asal-usul Goa Pindul ini.
Berawal dari kisah perjalanan Joko Singlulung yang menelusuri hutan lebat, sungai dan gua untuk mencari ayahnya. Saat sedang menyusuri 7 gua yang memiliki aliran sungai di bawahnya, kepala Joko terbentur sebuah batu yang terdapat di dalam gua. Gua tempat Joko terbentur tersebut dinamai Gua Pindul yang berasal dari kata dalam bahasa Jawa yaitu pipi gebendul (pindul) yang artinya pipi yang terbentur.
Baca Juga:
- Diperiksa Kasus ‘Stupa Jokowi’, Roy Suryo Penuhi Panggilan Polda Metro
- Ibu Iriana, Ibu Negara Pertama yang Kunjungi Ukraina
- Pesan Menyentuh Sri Mulyani Kepada PNS yang Dapat Gaji ke-13 1 Juni 2022
Ada juga yang menyebutkan bahwa awal mula Goa Pindul berasal dari kisah perjalanan Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan yang melakukan perjalanan ke arah timur yaitu ke (arah Gunungkidul) dengan membawa seorang bayi.
Sementara itu sang bayi terus menangis, Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan memutuskan untuk memandikan sang bayi. Ki Juru Mertani naik ke salah satu bukit dan menginjak tanah di puncak bukit. Dengan kesaktian yang dimiliki tanah yang diinjak pun runtuh dan mengangalah sebuah lubang besar dengan aliran air dibawahnya, kemudian sang bayi dimandikan di dalam goa di lubang tadi.
Sementara Sejarah Goa Pindul versi lain menceritakan bahwa di dalam goa tersebut terdapat sebuah mata air yang terkenal dengan istilah mbelik bagi orang jawa. Mata air tersebut oleh warga sekitar dikenal dengan nama mbelik panguripan yang artinya mata air kehidupan. Mata air yang terdapat dalam Goa Pindul itu juga berhubungan dengan kisah seorang yang bernama Kyai Jaluwesi yang berseteru dengan Bendhogrowong.
Gua Pindul
Keduanya lantas terlibat dalam adu kekuatan dan kesaktian. Kyai Jaluwesi nampaknya menang dalam adu kesaktian tersebut. Bendhogrowong kemudian mengeluarkan kesaktiannya untuk menyerang Kyai Jaluwesi. Namun kesaktian yang dikeluarkan tersebut meleset hingga mengenai anjing piaraan anak kembar Kyai Jaluwesi, Widodo dan Widadi.
Anjing yang bernaama Sona Langking itu terluka dan berlari kesana-kemari hingga kemudian menjumpai sumber mata air di semak-semak. Kyai Jaluwesi yang mengejar dan mengikuti anjing tersebut terkejut menemukan anjing itu telah sembuh. Dari situ Kyai Jaluwesi menamakan sumber mata air tersebut dengan nama mbelik panguripan karena dapat menyembuhkan seekor anjing.
Gua Pindul adalah objek wisata berupa gua yang terletak di Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunung Kidul. Desa Bejiharjo sendiri terletak di kawasan perbukitan karst sehingga didominasi oleh batuan.
Gua ini dapat dicapai dari kota Yogyakarta menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor atau mobil melewati jalan Wonosari, letaknya sekitar 7 km ke arah utara. Setelah memasuki Desa Bejiharjo, perjalanan dilanjutkan mengikuti jalan aspal.
Gua Pindul
Lokasi sekretariat Gua Pindul berada di ujung jalan. Penelurusan di dalam gua akan terdapat formasi bebatuan stalaktit, yaitu sejenis mineral sekunder yang menggantung di langit-langit gua kapur.
Gua Pindul memang dikenal karena cara menyusuri gua. Hal ini dilakukan dengan menaiki ban pelampung di atas aliran sungai bawah tanah di dalam gua, kegiatan ini dikenal dengan istilah cave tubing.
Aliran sungai bawah tanah dimulai dari bagian mulut sampai bagian akhir gua, di dalam gua terdapat bagian sempit yang hanya bisa dilewati satu ban pelampung, sehingga biasanya wisatawan akan bergantian satu per satu untuk melewati bagian ini.
Panjang gua pindul adalah 350 meter dengan lebar 5 meter dan jarak permukaan air dengan atap gua 4 meter. Penelusuran Gua Pindul biasanya akan memakan waktu kurang lebih selama satu jam dan berakhir pada sebuah dam.
Gua Pindul juga memiliki stalaktit terbesar keempat di dunia dan ini tentu saja menjadi daya tarik tersendiri. Stalaktit ini bahkan membutuhkan lima orang untuk bisa memeluknya.
Beberapa batuan karst masih hidup dan meneteskan air. Gua Pindul terdapat tempat yang cukup lebar sehingga terlihat seperti kolam dan terdapat celah yang cukup lebar untuk tempat sinar matahari masuk.
Keindahan semakin lengkap dengan adanya ornamen di sepanjang dinding gua seperti mahakarya lukisan abstrak yang membuat kagum para pengunjung. Mata kelelawar yang bergelantungan bagaikan kristal yang menyala menghiasi lorong gua.
Celah ini juga dapat dilalui sebagai jalur masuk dengan cara memasuki gua secara vertikal. Tempat wisata sekitar Gua Pindul terdapat Gua Gelatik (gua kering), monumen peninggalan Jenderal Sudirman, serta situs purbakala Sokoliman.